Mereka Bentuk Monalisa “Dari Seni Rupa Ke Seni Rupa”

Monalisa

Pada abad ke-16 di masa renaisans seorang pelukis, pemahat/pematung, arsitek, penemu, ilmuan, penulis juga sebagai filusuf asal Italia bernama Leonardo da Vinci melaburkan cat minyak di atas kayu poplar. Seorang perempuan tergambar sedang terduduk tidak utuh (stengah bada

n) dengan ekspresi yang enigmatik. Lukisan yang berjudul Mona Lisa seperti yang disebut dalam buku biografi Giorgio Vasari tentang Leonardo da Vinci, lukisan ini menajdi lukisan paling terkenal di dunia, banyak hal atau tindakan di luar dugaan yang di lakukan para penikmat seni rupa, dengan alasan bahwa mereka amat tergila-gila dengan lukisan tersebut. Ada yang jatuh cinta pada sosok perempuan di lukisan tersebut, ada pula yang patah hati dan memilih mengakhiri hidup oleh sebab perempuan yang ada dalam lukisan tersebut. 

Maka kami tidak merasa berlebihan jika apa yang menjadi karya kami ini adalah sebagai tindakan mereka bentuk Monalisa “Dari Karya Seni ke Karya Seni” dan ini semua adalah bentuk yang lain dari rasa takjub terhadap karya seni Leonardo da Vinci. Kemudian kenapa kami bisa merasa percaya diri bahwa ini adalah sebuah tindakan seni walau pun tidak akan menjadi sepadan dengan karya aslinya.

Kita sadar bahwa kita sedang tersangkut dalam dinamika mimesis, mungkin akhirnya kita hanya sekedar di tuding menduplikasi karya, bahkan lebih menyeramkan menuding kami mencederai karya aslinya yang sohor. Desain grafis menjadi alat kami untuk mengekspresikan ini, menjadi medium mengkreasi seni ke seni, terlebih desain grafis juga adalah sebuah bentuk seni dan memiliki tujuan untuk memecahkan masalah komunikasi melalui kombinasi elemen grafis seperti bentuk, garis, warna, dan sebagainya. Visual yang tercipta diharapkan dapat menjadi sarana penyampaian secara jelas dan efektif, bahkan lebih jauh lagi mampu membentuk persepsi manusia akan sebuah hal.

Maka dalam artikel terbaru kami “Deuhdaeffect” mempersembahkan perasaan-perasaan takjub pada karya lukis Leonardo da Vinci dengan cara tersendiri yang kami rasa tepat. Kami meringkus pengertian yang kaku perihal sesuatu yang legal atau etis demi sebuah apresiasi.

Leave a Reply